Monday, February 26, 2007

Touring Biker TCC ke G. Kelud. Tanjakan Ekstrem, Masuk Wilayah An-aerobic (2/4)


Cyclometer menunjukan jarak tempuh 10,5 km. Hmmm…masih 9 km lagi, pikir reporter TCC. Ujung tanjakan masuk ke pertigaan. Kanan ke arah Blitar, kiri G. Kelud. Jalan menurun, meski cuma beberapa meter, cukup untuk mengurangi siksaan.

“Sendirian aja? Dari mana, Mas?”, tanya reporter TCC. “Nganjuk”. “Oh, Pak Yazid ya, wah hebat euy”. Sembari nggenjot dikatakannya kalau dirinya berangkat subuh dari Nganjuk. Sendirian. Staf Infratel Nganjuk ini seorang diri mengelola 10.500 satuan sambungan telepon (sst) di STO Nganjuk yang merupakan sentral remote dari STO Kediri.

Di kejauhan nampak seorang biker berdiri tegak memperhatikan kami yang baru tiba. Pos I. Di sini sudah beristirahat 6 orang biker lainnya. “Silahkan, pak. Sarapan nasi pecel dulu”, sambut salah seorang Panitia dengan ramah. “Terima kasih”, timpal reporter TCC yang memilih minum karena masih tersisa 2 km tanjakan ekstrem di kawasan wisata G. Kelud. “Gak sarapan, Oom?” tanya Gigih, keponakan yang ikut bergabung dalam turing ini. “Kalau ada, makan pisang jauh lebih baik,” jawab reporter TCC seraya memberitahu rute tanjakan ekstrem yang masih harus ditaklukkan.

Setelah istirahat yang cukup lama di Pos I tepat di gerbang kawasan wisata G. Kelud, rute turing berlanjut masuk ke ujian yang sesungguhnya. Tanjakan ekstrem menuju puncak G. Kelud. Penyelenggara menginformasikan turing hanya sampai di mystery road G. Kelud saja. Sekitar 2 km dari Pos I atau 6 km sebelum puncak G. Kelud dengan ketinggian 1.731 m.

Tanjakan ekstrem yang langsung menghadang membuat napas beberapa saat berada di wilayah an-aerobic. Kecepatan melorot sampai di 6,3 km/j. Beberapa biker nampak kedodoran. Mobil pick-up Penyelenggara terus berseliweran mengangkut biker yang putus napas. Mungkin lebih tepat disebut putus semangat, mengingat rata-rata sepeda para biker TCC ini sudah dilengkapi antara 18-21 variasi kecepatan (speed). Tetapi kondisi ini bisa dimengerti karena teknik antisipasi tanjakan dan keputusan cepat untuk menekan shifter berpindah ke gigi yang lebih ringan amat sangat menentukan. Terlambat sedikit saja, torsi langsung melorot. Kalau dipaksakan salah-salah otot paha bisa kram. (bersambung)

No comments: